Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka

Posted by Sewa Kereta di Padang Indonesia on Senin, 01 Januari 2018

Berkunjung ke Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka yang merupakan seorang ulama besar asal Minangkabau, dimana rumah kelahiran beliau ini terletak di Danau Maninjau, tepatnya di Kampung Muaro Pauh, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Agama.

Rumah yang berada di tepian danau ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda peninggalan tokoh yang juga terkenal sebagai sastrawan, jurnalis, ahli fikir, sekaligus seorang politisi. Posisi rumah yang lebih tinggi sekitar 5 meter dari jalan raya, juga mengahdirkan pemandangan indah langsung menghadap ke Danau Maninjau. Selain itu juga terdapat tulisan besar di tebing rumah Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka.

Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka
Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka dengan Arsitektur Khas Sumbar

Terletak di tepian Danau Maninjau, Museum ini mulai dibangun pada tahun 2000 dan diresmikan tahun 2001 oleh Gubernur Sumatera Barat (Zainal Bakar). Sesuai dengan nama Museum, Rumah Kelahiran Buya Hamka terdapat koleksi benda-benda peninggalan, dan rumah yang ditempati Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke Padang Panjang. Rumah menghadap ke arah barat (Danau Maninjau) dan membelakang arah timur, memiliki arsitektur layaknya Rumah Gadang dan atap bergonjong hiasan ukiran Minang.

Bangunan Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka ini sebelumnya merupakan rumah yang ditempati Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab dipanggil Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke Padang Panjang. Rumah milik nenek Hamka pernah dulunya hampir diluluhlantakan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah lama kemudian, tahun 2000 muncul gagasan dari Gubernur Sumatera Barat Zainal Bakar untuk membangun kembali rumah tersebut dengan mempertahankan bentuk aslinya lalu menjadikan sebagai Museum. Dengan adanya bantuan dana dari berbagai pihak baik yang ada di Sumatera Barat maupun diluar Sumatera Barat terutama Malaysia, dalam waktu 11 bulan pembangunan museum ini dapat diselesaikan dan diresmikan oleh Zainal Bakar pada tanggal 11 November 2001. Buya Hamka yang merupakan sastrawan sekaligus ulama yang baru dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2011.

Museum ini terdapat berbagai koleksi benda peninggalan Hamka di dalam museum dengan Ratusan buku majalah, dan arsip-arsip tentang Hamka tersimpan di lemari kaca, sementara puluhan foto terpajang di dinding-dinding hampir setiap sudut ruangan. Selain foto bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan sejumlah tokoh lain, juga terdapat foto Hamka semenjak kanak-kanak, remaja, hingga foto lautan manusia mengantar jenazah Hamka ketika meninggal pada tahun 1981. Terpajang pula foto yang mengambarkan kedekatan Hamka ketika masih remaja dengan Muhammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia dan ketua partai Masyumi kelahiran Alahan Panjang, Solok yang aslinya juga berasal dari Maninjau.

Dirumah Museum Kelahiran Buya Hamka terdapat terdapat sebuah meja tempat pengunjung mengisi buku tamu, dan disebelah ruang tamu tersusun 5 rak buku baca tempat menyimpan buku-buku koleksi museum yang jumlahnya sekitar 200 judul. Namun dari sekitar 118 judul karya Hamka, yang tersimpan di museum ini hanya 28 judul.

Sedangkan, diruang kamar Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka terdapat tempat tidur dengan kain kelambu berwarna putih yang dahulunya menjadi tempat tidur Hamka. Selain itu, juga terdapat ruang khusus yang dilengkapi kursi-kursi peninggalan orang tua Hamka, seperti lampu gantung kuno, 1 koper ketika Hamka pertama kali berangkat haji, 8 tongkat, dan baju wisuda lengkap dengan toga ketika Hamka dikukuhkan menjadi Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir. Sebagian besar benda-benda peninggalan tersebut merupakan sumbangan dari berbagai pihak, terutama dari keluarga Hamka dan Universitas Kebangsaan Malaysia.

Sekilas Perjalanan Hidup Hamka ke Tanah Jawa

Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang dikenal luas dengan nama Buya Hamka lahir pada hari senin 17 Februari 1908. Anak tertua dari tujuh bersaudara ini lahir di tengah keluarga yang kuat dengan agama. Sang ayah, Abdul Karim Amrullah yang dikenal dengan Haji Rasul merupakan tokoh pembaharuan islam dikalangan masyarakat Minangkabau. Dengan kepribadian berlandasan agama islam yang kuat di keluarga besarnya, sehingga menjadi fondasi kepribadian Hamka dalam menjalani hidup hingga dewasanya. Sejak remaja, Hamka telah memiliki ketertarikan yang besar dengan dunia sastra dan organisasi pergerakan. Kegemarannya dalam membaca telah mengembangkan wawasannya hingga diluar batas pemikiran generasi remaja seusianya ketika itu.

Buya Hamka membulatkan tekadnya meninggalkan Rumah Kelahiran untuk merantau ke tanah Jawa saat berusia 16 tahun, pada tahun 1924. Di Yokyakarta dan Bandung, dia sudah mengikuti beberapa organisasi pergerakan diantara lain Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Semasa itu juga dia menyempatkan diri untuk berguru kepada tokoh-tokoh pergerakan seperti HOS Cokroaminoto.

Meski cuma 1 tahun merantau ke tanah Jawa, Buya Hamka banyak berkontribusi dalam dakwah dan pergerakkan melalui kontribusi tulisan-tulisannya yang sebagian diantaranya berakhir dengan pelarangan karena dianggap membahayakan pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu.

Setelah ere kemerdekaan hingga akhir hidupnya, Hamka tetap aktif menulis di berbagai media, baik buletin, majalah, buku, roman, hingga tafsir Al-Quran. Dari sekitar 118 judul buku yang pernah ia tulis semasa hidupnya, sekitar 28 judul dapat kita saksikan diantara koleksi buku di Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka ini.

Jam Operasional dan Perjalanan Menuju Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka

Museum ini mulai dibuka pada pukul 08.00 hingga pukul 15.00 waktu setempat. Namun biasanya apabila pengunjung melewati batas waktu pengunjung, akan tetap dibuka juga. dan pada umumnya pengunjung yang mengunjungi Museum ini kebanyakan bukan orang Indonesia, akan tetapi dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.


Dan bagi anda yang ingin berkunjung ke Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka ini, sangatlah gampang. Apabila anda dari Kota Bukittinggi pengunjung harus melewati kawasan Kelok 44 dan setelah itu akan bertemu persimpangan, dimana arah kiri adalah menuju Museum sedangkan ke kanan adalah Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agama. Jarak antara persimpangan menuju Museum kurang lebih sekitar 7 kilometer melalui jalur yang berkelok-kelok. Sepanjang perjalanan wisatawan dapat menikmati keindahan Danau Maninjau yang tepat tersaji di sebelah kanan mereka.
(Facebook-RikiAprius/SewaKeretaPadang-DestinasiWisataSumateraBarat-Link)

Blog, Updated at: 22.20

0 komentar:

Posting Komentar

HUBUNGI KAMI SEWA KERETA PADANG

HUBUNGI KAMI :
JL. Dr. M. Hatta,
Bariang Indah No.21
Padang 25151

Phone : 0812 660 4488
WhatsApp : (+62) 812 660 4488
E-mail : mail.rikiaprius@gmail.com



PEMBAYARAN VIA TRANSFER



BANK BCA Cabang Padang
Nomor Rekening: 032-1772-551
Atas Nama: Riki Aprius



BANK MANDIRI Cabang Padang
Nomor Rekening: 111-000-670-618-4
Atas Nama: Riki Aprius